“Belum makan
kalau belum makan nasi.” Adalah uangkapan sebagian besar masyarakat
Indonesia yang telah terdistorsi pola makan dan mindset-nya. Distorsi
ini terjadi pada generasi tahun ’70-an dan anak-anaknya sebagai akibat
dari kesalahan informasi dan persepsi tentang aneka produk lokal sebagai
sumber karbohidrat. (Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Isma’il, M.Sc. -Wali Kota Teladan Tingkat Nasional 2013 untuk kategori Diversifikasi Pangan)
Kutipan di atas ada benarnya. Hampir mayoritas masyarakat Indonesia mempunyai mind set
seperti di atas. Meskipun di beberapa daerah tidak mempunyai pola pikir
seperti itu, karena mereka memang tidak mengenal nasi dari beras sejak
kecil disebabkan lahan sawah yang tidak ada dan pola konsumsi turun
temurun.
Berikut adalah beberapa jenis
bahan pangan berupa umbi-umbian yang kandungan karbohidratnya sama
dengan nasi bahkan, terhitung lebih sehat daripada nasi yang memiliki
kandungan indeks glikemiks yang begitu tinggi. Kita ketahui bahwa kadar
IG adalah salah satu penyebab timbulnya penyakit degenaratif seperti
diabetes melitus dan penyakit komplikasi lainnya.
Kurang lebih terdapat sekitar 30
jenis umbi-umbian yang tumbuh di Indonesia, namun kebanyakan masyarakat
hanya mengenal tanaman ubi jalar dan ubi kayu. Beberapa umbi-umbian
yang dikenal di Indonesia, antara lain berikut ini.
1. Ganyong
Ganyong (Canna Edulis Kerr)
merupakan tanaman herbal yang berasal dari Amerika Selatan. Seiring
dengan perkembangannya, tanaman ini menyebar ke berbagai daerah di
dunia. Di Indonesia, dikenal dua varietas ganyong, yaitu ganyong merah
dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun, dan
pelepah yang berwarna hijau atau ungu. Sementara ganyong putih memiliki
warna batang, daun, dan pelepah berwarna hijau, serta sisik umbinya
berwarna kecokelatan.
Ganyong merupakan tanaman yang
cukup potensial sebagai sumber karbohidrat. Umbinya yang berasal dari
tanaman yang sudah dewasa dapat dimakan dengan diolah terlebih dahulu
atau diambil patinya. Sementara itu, umbi yang masih muda dapat dimakan
dengan cara dibakar atau direbus terlebih dahulu. Ganyong juga dapat
digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan nasi jagung.
2. Garut
Garut merupakan tanaman
penghasil karbohidrat yang potensial untuk dikembangbiakkan. Umbi garut
memiliki kadar pati yang cukup tinggi sehingga tidak kalah dengan jenis
umbi-umbian lain. Pati garut mempunyai tekstur yang sangat halus dan
mudah dicerna karena disusun oleh amilosa dan amilopektin sehingga dapat
dibuat sebagai campuran produk yang menggunakan tepung ubi kayu,
seperti cendol dan kerupuk. Selain itu, dapat juga dibuat sebagai
campuran pembuatan produk yang memakai campuran bahan lain seperti
udang, ikan, pempek, sohun, dodol jenang, kue dadar, kue semprit, mie,
roti, dan aneka kue tradisional lain.
3. Labu Kuning
Labu kuning atau waluh (Cucurbita Moschata)
dapat diolah menjadi aneka makanan. Memiliki kandungan beta karoten dan
serat kasar yang tinggi. Tepung labu kuning memiliki aroma khas dan
warna kuning yang dapat diolah menjadi aneka makanan. Berdasarkan nilai
gizinya, tepung labu kuning memiliki kandungan gizi yang lebih unggul
daripada tepung terigu dan tepung beras. Tepung ini sangat baik
digunakan untuk bahan fortifikasi pangan untuk meningkatkan nilai gizi,
khususnya pada anak-anak.
4. Sukun
Sukun (Artocarpus artilis)
merupakan tanaman buah yang mengandung karbohidrat. Sebelum mengenal
padi, dahulu masyarakat mengonsumsi sukun sebagai makanan pokok. Sebagai
buah yang mengandung karbohidrat, sejak dulu sukun juga sudah biasa
dijadikan sebagai cadangan pangan sumber karohidrat jika terjadi kemarau
panjang atau jika terjadi penurunan produksi padi, jagung, dan
umbi-umbian.
Sukun mengandung karbohidrat, sukun juga banyak mengandung unsur-unsur vitamin seperti kalsium (Ca), zat besi (Fe), vitamin B1, B2,
dan vitamin C. Juga mengandung asam amino esensial yang tidak
diproduksi oleh tubuh manusia. Kandungan protein dan karbohidrat sukun
segar lebih tinggi dari ubi kayu, ubi jalar, dan kentang. Apabila sudah
dibuat dalam bentuk tepung, nilai gizinya setara dengan beras.
5. Kimpul
Kimpul merupakan jenis umbi yang
memiliki banyak kelebihan dari nilai gizinya. Dibandingkan dengan umbi
lainnya, pati yang dibuat dari kimpul lebih mudah dicerna karena granula
patinya berukuran kecil dan mengandung kalsium, fosfor, vitamin A, dan
B. Kimpul baik digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan makanan
balita karena tingkat kecernaan patinya yang tinggi, jumlah kalsium dan
fosfor yang cukup untuk pembentukan tulang, adanya vitamin B kompleks
dan provitamin A.
6. Ubi Kayu (Singkong)
Ubi kayu atau dikenal juga
sebagai singkong merupakan salah satu pangan sumber karbohidrat yang
sudah banyak ditanam hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Singkong memiliki kandungan energi yang cukup tinggi sehingga dapat
dikonsumsi sebagai makanan pokok. Di samping itu, singkong juga
mempunyai indek glikemiks (IG) rendah sehingga cocok dikonsumsi oleh
penderita diabetes. Pati singkong tidak mengandung gluten sehingga cocok
dikonsumsi oleh penderita autis.
7. Ubi Jalar
Ubi jalar memiliki nilai gizi
yang tinggi, kaya vitamin dan mineral. Ubi ini juga relatif tahan lama
dan jika disimpan lebih lama rasanya akan semakin manis. Selain itu, ubi
jalar juga sangat potensial jika dikembangkan untuk penganekaragaman
konsumsi pangan.
Konsumsi ubi jalar sepanjang
tahun hanya ada di Papua dan Maluku. Selebihnya, di daerah lainnya di
Indonesia, ubi jalar hanya dikonsumsi dalam bentuk makanan tradisional
saja seperti ubi goreng, ubi rebus, kolak, getuk, dan keripik. Di
negara-negara maju, ubi jalar dijadikan makanan tradisional yang
dipublikasikan setara dengan pizza atau hamburger sehingga aneka makanan
ubi jalar dijual di toko-toko bertaraf internasional.
8. Pisang
Tanaman pisang berasal dari
daerah tropis Asia Tenggara di sekitar kawasan Malaysia dan Indonesia.
Akan tetapi sekarang, tanaman pisang telah menyebar ke seluruh wilayah
Indonesia dengan sentra produksi di Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Pisang kaya vitamin A, vitamin
C, kalsium, dan posfor sehingga pisang dapat dipakai sebagai obat luka
lambung, menurunkan kolesterol darah, mencegah kanker usus, menjaga
kesehatan jantung, menghaluskan kulit, dan sebagainya. Dalam bentuk
tepung dan pati, pisang juga kaya karbohidrat dan protein, dapat
digunakan sebagai bahan campuran pembuat roti, kue, biskuit, bubur bayi,
pastry, es krim, dan puding. Berbagai jenis pisang sangat baik untuk dijadikan tepung.
9. Jagung
Jagung (Zea Mays L)
merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang sangat penting. Tanaman
ini merupakan tanaman jenis padi-padian (serealia) seperti padi, gandum,
sorgum, jewawut, cantel, jail, dan sebagainya.
Tanaman ini banyak ditanam di
ladang-ladang yang berhawa sedang dan panas sebagai tanaman bahan
makanan dan bahan pakan ternak. Hingga saat ini, jagung masih dapat
ditemui sebagai makanan pokok di beberapa daerah, seperti Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi, serta beberapa wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sebagai makanan pokok, jagung biasanya dikonsumsi dalam bentuk nasi
jagung.
Masyarakat Indonesia di berbagai
wilayah, mengonsumsi jagung dengan cara yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, masyarakat di Desa Mangli (salah satu desa di Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah) mengonsumsi jagung sebagai pengganti nasi dalam
bentuk butiran halus atau tepung. Di Nusa Tenggara Timur, dikenal nasi
bose (biasanya dicampur dengan kacang tunggak), jagung titi (berbentuk
emping), dan nasi lawar (jagung dicampur nasi). Sementara itu, di daerah
Sulawesi dikenal bassang yaitu makanan khas etnis Bugis-Makassar yang
berupa bubur jagung dan barobbo (Sumatera Utara). Masyarakat Gorontalo
sudah sangat familiar dengan binte biluhuta, yaitu berupa sup jagung
bening yang dibuat dari jagung muda.
10. Uwi
Uwi atau ubi kelapa merupakan
sejenis umbi-umbian pangan. Uwi adalah tumbuhan merambat dan memiliki
banyak sekali jenisnya. Di seluruh dunia, terdapat sekitar 600 jenis
uwi-uwian. Dari 600 jenis itu, hanya sekitar 20-an saja umbi-umbian yang
dibudidayakan dan dimanfaatkan umbinya. Kebanyakan dimanfaatkan untuk
bahan pangan. Beberapa jenis lainnya digunakan untuk kebutuhan
nonpangan, seperti untuk tanaman obat tradisional, pestisida, dan
pewarna pakaian.
11. Sagu
Sagu (pati sagu) merupakan salah
satu makanan pokok daerah di Indonesia Timur (Papua, Maluku, Sulawesi
Utara, dan beberapa daerah di Nusa Tenggara). Konsumsi sagu sebagai
makanan pokok dalam bentuk makanan tradisional, seperti papeda,
kapurung, sagu bakar, dan lain-lain. Saat ini, sekitar 30% masyarakat
Maluku dan Papua masih menggunakan sagu sebagai makanan pokok sebagai
makanan sehari-harinya, 50% menggunakan menu sagu dan umbi-umbian,
sedangkan sisanya sudah beralih ke beras.
Banyak jenis tanaman sagu yang
dapat menghasilkan tepung sagu. Semua tanaman ini tersebar di beberapa
wilayah di Indonesia di antaranya di Kepulauan Maluku, Papua, Mentawai,
Riau, dan Sumatera. Di Riau juga dijumpai sagu yang dikonsumsi
masyarakat dalam bentuk butiran yang dikenal dengan nama sagu rending
serta dalam bentuk olahan lain seperti kue bangkit, laksa sagu, dan sagu
embel.
Manfaat jika kita mengonsumsi
aneka makanan yang berasal dari sagu, selain dapat mengenyangkan, tapi
tidak menyebabkan kegemukan, mencegah sembelit dan mencegah resiko
kanker usus, memperlambat kadar glukosa dalam darah karena indeks
glikemiksnya rendah sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes
melitus.
12. Gadung
Gadung merupakan tanaman
umbi-umbian yang cukup populer walaupun kurang mendapat perhatian.
Gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, tetapi mengandung racun
yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila tidak benar
pengolahannya. Produk gadung yang paling dikenal adalah dalam bentuk
keripik meskipun rebusan gadung juga banyak dimakan. Umbinya dapat pula
dijadikan arak (difermentasi) sehingga di Malaysia dikenal juga dengan
nama ubi arak, selain taring pelandok.
13. Gembili
Gembili adalah jenis umbi yang
merambat dengan daun berwarna hijau dan batang agak berduri. Buahnya
menyerupai ubi jalar dengan ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa.
Berwarna coklat muda dengan kulit tipis. Umbinya cukup besar. Kulit
umbinya agak getas, tetapi tipis seperti kulit kayu. Umbi gembili
apabila dikukus atau direbus sangat gurih, empuk, gembur, dan enak.
Gembili juga tidak beracun seperti gadung, juga tidak gatal seperti
talas.
Orang-orang dulu biasanya
menjadikan tanaman umbi-umbian sebagai tandon makanan di masa paceklik.
Umbi gembili tahan disimpan cukup lama. Di tempat terbuka, gembili akan
awet 2-3 bulan. Tanaman ini sangat produktif. Satu butir umbi gembili
mampu menghasilkan 10-20 kilogram umbi selama kira-kira 6 bulan. Ada
berbagai macam gembili, yaitu gembili gajah, gembili teropong, gembili
ketan, gembili srewot, dan gembili wulung.
14. Talas
Talas (Colocasia sp.)
adalah umbi pokok yang terdapat di bawah batang. Talas dapat tumbuh di
tempat berair sehingga dapat ditanam di pinggir selokan, di pinggir
empang, pematang sawah, dan pinggiran kali. Namun, ada juga yang ditanam
di tanah kering seperti kebun, tegalan, dan bentul. Manfaat utama talas
adalah sebagai bahan makanan pokok juga diolah menjadi makanan, seperti
talas goreng, keripik talas, dan kue talas.
Ada pula talas beneng yang
bentuknya besar. Belum ada pembudidayaan dan pemanfaatan talas beneng
secara intensif. Pengolahan produknya hingga saat ini hanya dengan cara
dikukus dan dibuat keripik.
Selain beberapa jenis
umbi-umbian tersebut, masih ada puluhan jenis umbi-umbian lainnya yang
dapat tumbuh secara massal di Indonesia. Semua umbi-umbian ini juga
memiliki kandungan gizi dan manfaat yang tinggi. Selain sebagai sumber
karbohidrat, umbi-umbian dan buah-buahan ini juga dapat dinikmati
sebagai makanan pokok yang dapat dikonsumsi dengan tambahan lauk pauk.
Selain mengenyangkan, makanan ini juga mampu memenuhi standar gizi yang
cukup sesuai dengan pola makanan yang beragam, bergizi, seimbang, dan
aman.
Kini ungkapan “Belum makan kalau belum makan nasi” seharusnya sudah mulai Anda singkirkan dari mindset Anda sejak hari ini. Yuk kita coba mengonsumsi makanan pengganti nasi.
(arief muhajir-disaripatikan dari buku Revolusi Mindset: One Day Nor Rice untuk Indonesia Sehat dan Sejahtera, GIP Februari 2014)
sumber:
0 comments:
Post a Comment